Bersatu, Berjuang Untuk Demokrasi dan Kesejahteraan

Kamis, 14 Oktober 2010

Komite 28 September ; Usut Tuntas Tragedi UBL Berdarah

Sejumlah aktifis di berbagai elemen kampus dan ekstra kampus yang menamakan diri komite 28 September ini, kemarin (28/9), melakukan demonstrasi dan orasi untuk memperingati tragedi 11 tahun UBL berdarah di depan kampus A Universitas Bandar Lampung, jalan ZA Pagar Alam No 26 Labuhan Ratu Bandar Lampung.
Dalam orasinya, aksi demonstrasi yang terdiri dari berbagai elemen gabungan seperti  UKM BS UBL, Mapala UBL, Teknokra Unila, Liga Mahasiswa Nasional Demokrat (LMND), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Serikat Rakyat Miskin Indonesia (SRMI) dan Partai Rakyat Demokratik (PRD) ini menuntut agar pemerintah kota Bandar Lampung dapat membuat tugu peringatan tragedi pelanggaran UBL berdarah.
Selain itu juga, seperti dari aksi-aksi tahun sebelumnya, sejumlah elemen tersebut tak henti-henti menyuarakan pengusutan tuntas pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) berat yang terjadi pada tragedi UBL berdarah tersebut.
Menurut koordinator lapangan pada aksi tersebut, Amir Hamzah, sejak tragedi tersebut hingga kini belum ada tindak lanjut pengusutan tuntas kasus tersebut. Upaya yang dilakukan oleh berbagai elemen perjuangan mahasiswa pun bukanlah hanya sekedar aksi
semata melainkan juga pernah berdiskusi dan meminta pemerintah kota Bandar Lampung untuk mengusut tuntas kasus tersebut.
“Pada zaman kepemimpinan Walikota Edy Sutrisno kami telah pernah menyuarakan untuk mengusut tuntas tragedi tersebut sekaligus juga membuat tugu peringatan tragedi tersebut. Namun menurutnya sangatlah disayangkan, hingga kini pemerintah daerah kita hanyalah menutup mata dan telinga terhadap kasus tersebut ” ungkapnya.
Sementara itu, Ari Beni Santoso dari UKM Teknokra Unila, kepada Radar Lampung( Grup Radar Lamsel) mengatakan bahwa demontrasi ini adalah sebagai bentuk penegasan ulang kepada pemerintah untuk dapat mengusut tuntas pelanggaran HAM yang terjadi dalam tragedi tersebut.
“Saudara kami Saidatul Fitria dan Yusuf Rizal saat melakukan respon serentak di daerah untuk menolak Undang-Undang Penanggulangan Keadaan Bahaya era Gusdur tewas akibat kebrutalan aparat militer” ungkapnya.
Tak hanya itu dari aksi yang dimulai pukul 09.30 sampai 11.00 WIB ini sejumlah elemen tersebut pun mengajak berbagai elemen untuk peduli pada demokratisasi untuk kembali menyuarakan sikap bersama termasuk meminta penghentian kekerasan terhadap wartawan.
Tak hanya melakukan orasi, aksi yang dijaga ketat oleh aparat keamanan dari Polresta dan Polsek Kedaton, Bandar Lampung ini ditandai pula dengan aksi teatrikal tentang kekejaman militer dan ditutup dengan pembakaran keranda sebagai salah satu bentuk protes matinya demokrasi di negeri ini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selamat Datang

Salam Pembebasan..................