Senin, 26 Desember 2011
Pernyataan Sikap Pemisahan Diri SRMI (Serikat Rakyat Miskin Indonesia) dari PRD (Partai Rakyat Demokratik)
Kawan-kawan sekalian,
Hari ini kita akan membuat sebuah keputusan penting, yang tak habis-habisnya kita diskusikan selama setahun terakhir. Sebuah keputusan yang akan menegaskan siapa diri kita sebenarnya, dan siapa-siapa yang berupaya menjegal kerja-kerja politik kita di dalam memperjuangkan rakyat miskin. Tentunya juga sebuah keputusan yang akan membuka jalan tentang bagaimana kita akan berjuang di masa depan. Isi dari keputusan itu adalah penegasan sikap dan pemikiran kita terhadap Partai Rakyat Demokratik (PRD).
Pertama-tama, perlu kami tegaskan bahwa Serikat Rakyat Miskin Indonesia, adalah organisasi independen yang berafiliasi politik kepada Partai Rakyat Demokratik, sejak pendiriannya di tahun 2004. Artinya organisasi ini adalah organisasi masyarakat yang dibentuk oleh rakyat yang bersimpati terhadap perjuangan Partai Rakyat Demokratik. Karenanya juga, organisasi ini juga berupaya untuk berlibat secara aktif dengan berbagai aktivitas Partai Rakyat Demokratik.
Akan tetapi ini tidak berarti bahwa SRMI adalah organisasi sayap (underbouw) PRD. Sehingga tidak semua kebijakan PRD harus disetujui bulat-bulat, dan kita pun berhak untuk mengajukan keberatan terhadap kebijakan PRD yang tidak sesuai dengan garis perjuangan SRMI.
Semuanya telah diatur menurut konstitusi berikut mekanisme-mekanisme pengambilan keputusannya. Kendati demikian periode setahun belakangan sepanjang kami bekerja sama dengan PRD, setiap harinya membuat kami selalu bertanya-tanya apakah PRD itu memang sebuah partai. Paling tidak dalam rangka kepemimpinan kami di SRMI, kami selalu bertanya kepada para pimpinan Partai apakah mereka paham atau tidak dengan realitas rakyat miskin. Tidak pernah ada penjelasan yang cukup rinci terhadap pertanyaan-pertanyaan kami, sebaliknya kami malah dituduh membawa tendensi sektarianisme di dalam tubuh partai.
Ya sudahlah, mungkin kami dan kita memang sektarian, memang suka mengisolasi diri dari massa. Karenanya kami anggap tuduhan itu sebagai pernyataan yang belum berdasar atas upaya mencari informasi yang lebih jauh tentang SRMI. Sedemikian sektariannya kami dan kita ini sehingga kemampuan kita untuk berkeliling di 47 kelurahan di DKI Jakarta misalnya benar-benar diabaikan, dan pikiran kita untuk mengembangkan partai dari jalur ormas dengan begitu menjadi tidak masuk akal bagi para pimpinan PRD.
Pada titik inilah, titik pengertian tentang siapa itu massa-rakyat kami berselisih pendapat dengan para pimpinan PRD.
Bagi para pimpinan PRD massa rakyat adalah lumbung suara untuk menghadapi Pemilu 2014 Tidak lebih tidak kurang, massa rakyat hanya dilihat sebagai jumlah, dan bukan sebagai pikiran.
Bagi kami massa rakyat adalah teman seperjuangan. Kami, mereka, kita saling berbagi dan saling menguatkan untuk menghadapi problem-problem kemiskinan. Karenanya kami belajar bersama rakyat untuk saling memberdayakan satu dengan yang lain. Rakyat harus berdaya politik dan karenanya rakyat harus sehat dan berbudaya.
Kedua, selama setahun ini kami ataupun kita terus bertanya-tanya apa sebenarnya yang sedang dikerjakan dan diperjuangkan oleh PRD secara kongkret di lapangan. Tidak tampak lagi adanya upaya untuk membangun gerakan politik yang dapat mengajukan isu-isu yang progresif. Yang paling belakangan pun mengenai pasal 33 pun gagal menjadi jawaban atas problem resesi ekonomi yang dihadapi oleh sebagian besar rakyat miskin di negeri ini. Oke, silahkan PRD menggugat semua undang-undang yang pro neolib via mahkamah konstitusi. Hebat kedengarannya. Tapi apakah para pimpinan PRD paham bahwa 'keadaan darurat' itu bukan sesuatu yang kebetulan bagi hidup rakyat miskin dan kaum buruh di negeri ini. "Keadaan darurat" adalah tata cara hidup rakyat miskin dan kaum buruh, yang membuat mereka harus terus menerus bersiasat setiap hari, saling mencurigai satu dengan yang lain, saling bertarung satu dengan yang lain, sampai menjadi uang dan kekerasan sebagai berhala kehidupan mereka.
Kami sebagai pimpinan SRMI tidak pernah terlalu yakin dengan apapun yang dikerjakan ataupun dipikirkan oleh para pimpinan PRD. Lantaran semuanya serba kabur dan serba tidak terlihat hubungan antara teori dan prakteknya. Sehingga perlu kami tegaskan bahwa kami tidak pernah mengerti tentang apa sebenarnya yang sedang dilakukan oleh para pimpinan PRD. Dan ketika kami mencoba mempertanyakannya, kembali lagi tuduhan 'sektarianisme, pembangkangan, indisipliner'. Tampaknya para pimpinan PRD ini pengetahuan berbahasanya semakin terbatas, kendati sudah beberapa dari mereka menerbitkan buku puisi.
Hal ketiga, yang paling membuat kami geram adalah upaya para pimpinan PRD untuk memecah belah SRMI dari dalam, baik secara terbuka maupun secara konspiratif. Apakah itu melalui penyebarluasan intrik. ataukah itu melalui intimidasi terhadap kader kader SRMI di daerah, terus terang semua membuat kami kewalahan. Dan harus kami akui bahwa di sanalah ternyata keunggulan dari para pimpinan PRD. Bukannya dengan sabar berupaya melakukan berbagai negosiasi dengan ormas-ormasnya, tapi malah menciptakan situasi yang penuh ketegangan di dalam hubungan organisasi, yang memaksa kader-kadernya untuk menjadi bodoh di dalam berpolitik. Pilih SRMI Marlo atau SRMI PRD. Apa itu?! Politik kok urusan memilih. Ohh... hampir kami lupa, bahwa politik sama dengan milih itulah yang dikembangkan oleh Rejim Soeharto, yang dulu dilawan oleh PRD. Ternyata justru cara pikir yang sama sekarang sedang diidap oleh para pimpinan PRD.
Atas dasar ketiga hal di muka saya selaku pimpinan SRMI menyatakan:
1. tidak lagi berafiliasi politik/ dan atau memisahkan diri dengan PRD.
Sekalipun terdapat upaya menggulingkan kepemimpinan SRMI yang sekarang dengan pelaksanaan KLB SRMI, kami anggap itu bukan berasal dari kehendak kader kader SRMI. Catatan organisasi kami akan dapat membuktikan dengan baik bahwa tidak terdapat persoalan apa apa di dalam organisasi SRMI sehingga perlu diadakan KLB. Sehingga KLB itu tidak sah, karena kami tidak dimintakan persetujuan, dan kami tidak pernah diundang.
2. SRMI akan berdiri sebagai organisasi massa independen yang akan terus membangun basis basis perlawanan rakyat secara sosial ekonomi politik dan budaya.
Demikian pernyataan sikap ini kami sampaikan dan terima kasih basnyak atas perhatiannya.
Jakarta, 24 Desember 2011
Hormat Kami,
(Marlo Sitompul)
Langganan:
Postingan (Atom)
Selamat Datang
Salam Pembebasan..................